Setelah kematian ibunya, akibat bunuh diri, Clare Shanon (Joey King) seorang siswi sebuah SMA tinggal bersama ayahnya, Jonathan Shanon (Ryan Phillipe) yang berprofesi sebagai pemulung barang-barang bekas dari tempat sampah.
Saat ulang tahun Clare, sang ayah menghadiahinya dengan sebuah kotak musik misterius yang dia temukan di sebuah tempat sampah. Kotak musik yang berukiran huruf-huruf China kuno tersebut ternyata memiliki kekuatan supranatural yakni mampu mewujudkan semua permintaan yang diucapkan sang pemilik.
Sebagai seorang anak sekolah menengah, Clare ternyata tak lepas dari persoalan remaja seperti selalu menghadapi penghinaan dari salah satu siswa perempuan yang tak suka kepadanya.
Sebagai anak pemulung, dia selalu dihina teman-temannya, hingga dia membisikkan permintaan kepada kotak musik agar siswa yang selalu menghinanya celaka. Tak disangka ucapan Clare tersebut terkabul.
"Pengalaman" pertama yang menyenangkan dengan kotak musik tersebut membuat Clare ingin mengubah kehidupannya keluarganya yang miskin agar tak lagi direndahkan di sekolah, kembali dibisikkan permintaannya pada benda keramat tersebut.
Clare yang tadinya hidup di rumah kecil dan sederhana bersama ayahnya, kini tinggal di rumah mewah. Selain itu, dia yang tadinya dipandang sebelah mata oleh teman-teman sekolah kini menjadi gadis pujaan, bahkan seorang siswa yang tadinya tidak menyukainya berbalik menjadi tergila-gila dengannya.
Sejak itulah gadis itu selalu membisikkan permintaannya pada kotak musik tersebut, namun tanpa disadarinya setiap keinginannya terkabul selalu ada orang-orang terdekatnya yang menjadi korban.
Kotak musik misterius tersebut memberikan kesempatan bagi pemiliknya menyebutkan tujuh kali permintaan, namun dengan konskuensi setelah permintaan ke tujuh akan didatangi setan penunggu benda itu.
Dengan dibantu Ryan Hui (Ki Hong Lee) teman sekelasnya yang seorang keturunan Tiongkok, mereka berdua mencoba menguak misteri yang menyelimuti kotak musik tersebut sekaligus berniat menghentikan teror-teror yang dimunculkan benda itu.
Tak hentikan hasrat
Namun, sifat manusia memang tak pernah puas dengan apa yang telah didapatkannya, begitu juga dengan Clare, meskipun teror demi teror terjadi bahkan korban demi korban berjatuhan akibat kotak musik tersebut namun hal itu tak menghentikan hasratnya untuk terus membisikkan permintaan.
Peringatan dari sahabatnya agar dia menyudahi "kerja sama" dengan benda terkutuk tersebut tak dihiraukannya, bahkan membuat Clare semakin bernafsu melampiaskan semua keinginannya agar terwujud.
Film yang mengisahkan kekuatan supranatural benda-benda misterius sebenarnya bukan baru pertama diproduksi oleh industri film Hollywood, tak hanya dilayar lebar namun juga di layar kaca, salah satunya serial televisi "Friday The 13th" yang sempat terkenal beberapa tahun lalu.
Wish Upon yang diproduksi 2016 tersebut, bukan karya pertama John Leonetti yang bertema horor, karena sebelumnya dia juga menyutradarai "Annabelle", "Conjuring" maupun "Insidious" yang cukup sukses menyedot penonton. Joey King sendiri yang telah berkarir sebagai aktris sejak 2007 juga beberapa kali membintangi film bergenre horor seperti "Conjuring".
Sementara Ki Hong Lee dikenal sebagai salah satu aktor muda yang membintangi film triller fantasi "The Maze Runners".
Dibandingkan "Annabelle" maupun "The Conjuring" yang juga melibatkan Leonetti serta Joey King, sepertinya Wish Upon kurang memberikan kejutan-kejutan yang baru dan mampu membuat penonton ketakutan.
Teror-teror yang disajikan di film berbujet 12 juta dolar atau setara Rp156 miliar (bujet yang fantastis untuk film Indonesia) itu terasa biasa, meskipun bukan juga membosankan.
Namun demikian jalinan cerita yang membingkai Wish Upon menjadikan film bermasa putar 90 menit tersebut cukup menghibur, karena mengangkat kisah drama persaingan antar remaja yang masih membutuhkan pengakuan diri maupun tindakan perisakan atau "bullying" di sekolah. Sebagimana film-film remaja umumnya, Leonetti tak lupa menyelipkan kisah cinta anak-anak sekolah.
Yang cukup menarik adalah kisah latar belakang misteri dibalik kotak musik tersebut, sejak dimiliki pertama kali oleh seorang kaya di daratan China pada awal tahun 1900 an.
Wish Upon yang tayang di gedung-gedung bioskup mulai 14 Juli 2017 akankah mampu mendulang sukses seperti film-film supranatural sebelumnya? Terlepas dari itu semua, film ini cukup menghibur, meskipun tak layak disaksikan anak-anak usia dibawah 13 tahun.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA2017
Baca Kelanjutan Wish Upon: permintaan yang membawa tumbal : http://ift.tt/2tLFQwpBagikan Berita Ini
0 Response to "Wish Upon: permintaan yang membawa tumbal"
Post a Comment