Kasubdit diplomasi budaya luar negeri direktorat warisan dan diplomasi budaya Kemdikbud, Ahmad Mahendra kepada Antara London, menyebutkan IGF bertujuan melihat eksistensi gamelan dunia sebagai bagian strategi diplomasi budaya Indonesia.
Selain itu memetakan kembali untuk membawa pulang kembali gamelan ke Indonesia khususnya gamelan di Inggris, lanjut dia.
Dikatakannya rangkaian kegiatan utama IGF 2017 meliputi lokakarya tentang bonang, rebab, gender, suling dan lain-lain.
IGF menampilkan pula pakar gamelan Prof Rahayu Supanggah, dan Prof Sumarsam, yang diadakan SOAS University of London, serta pelatihan tentang Klenengan Provinsi Jawa Tengah, Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur.
Tak kalah menarik pementasan gamelan dari Inggris "Siswa Sukra" pimpinan Peter Smith dan Kelompok Gamelan "South Bank" pimpinan John Pawson.
Lokakarya semakin menarik dengan tabuhan gamelan gaya Bali oleh Lila-Bhawa Lila Chita pimpinan Andy Channing, dan Kelompok Jagat Gamelan pimpinan Manuel Jiminez.
Pada saat yang sama diadakan Pre-Launching IFG 2018 dan pendeklarasian ini penting sebagai sebuah momentum home-coming gamelan ke Indonesia, ujar Ahmad Mahendra.
Dikatakannya gamelan di Inggris sudah terdokumentasi oleh Stamford Raffles (1781-1826) yang memberikan satu deskripsi gamelan paling awal dalam The History of Java (1817). Raffles adalah orang Inggris pertama membawa dua ansambel gamelan ke Inggris. Satu set dapat ditemukan di Claydon House di London, sedangkan British Museum menyimpan koleksi instrumen gamelan sejak 1859.
Pada kegiatan itu, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Kemdikbud atas nama Bangsa Indonesia memberikan penghargaan khusus kepada tiga pelopor gamelan Inggris yaitu Alec Roth, Neill Sorrell, dan Anne Hunt.
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA2017
Baca Kelanjutan Pementasan "Setan Jawa" di London diiringi gamelan : http://ift.tt/2gTRa5gBagikan Berita Ini
0 Response to "Pementasan "Setan Jawa" di London diiringi gamelan"
Post a Comment