Search

Kisah menjadi pembaca Tarot profesional

Jakarta (ANTARA News) - Mengenakan coveralls tanpa lengan dengan kerah model "V" berwarna putih, Astried Requentillo berjumpa dengan tim ANTARA News di sebuah kedai kopi di salah satu pusat perbelanjaan yang berada di Jakarta Pusat.

Rambutnya melebihi bahu dengan ujung yang dia tata sedikit bergelombang dan poni samping yang menutupi sebagian dahinya. Riasan wajahnya pun natural dengan pemulas bibir berwarna nude.

Tak ada eyeliner tebal yang menjadi ciri khas gaya gothic, apalagi kesan mistis dari penampilan Astried. Dengan penampilan bak model, susah untuk menebak bahwa Astried adalah seorang pembaca kartu Tarot profesional.

Perempuan kelahiran Surabaya 36 tahun silam itu memilih profesi tidak biasa, sebagai pembaca kartu Tarot profesional selama dua tahun ini. 

"Awalnya dulu aku sendiri dari SMA sudah suka baca Tarot. Terus, belajar sendiri, cari-cari bukunya," ujar dia membuka perbincangan kepada tim ANTARA News, baru-baru ini.

"Awalnya karena suka aja sama gambar-gambarnya, seperti dongeng, terus tiap kali membaca Tarot kok sepertinya jitu, jadi kayak percaya," sambung dia.

Setelah sempat berdomisili di Denpasar dan mencoba beberapa pekerjaan, Astried kemudian bergabung dengan komunitas pembaca kartu Tarot yang dia ketahui dari saudara sepupunya yang juga tertarik dengan Tarot.

Melalui workshop yang dilakukan oleh LightGivers, Astried kemudian mengikuti tes untuk menjadi pembaca Tarot yang bersertifikat yang membawa dia menjadi pembaca Tarot profesional.

"Belum tentu satu kali workshop itu ada yang lolos, kadang ada yang enggak lolos sama sekali atau dicomot satu dua," kata perempuan keturunan Filipina itu.

"Mereka (pembaca tarot senior) lihat dari cara kita ngomong, pembawaan kita, mereka bisa lihat dalam diri kita, bisa baca muka, karakter, intuisinya kuat atau enggak, beberapa punya sixth sense," sambung dia.

Astried sendiri bisa disebut pemiliki indra keenam. Selain memiliki intuisi yang kuat, dia juga mengaku bisa "melihat" yang tak kasat mata.

Setelah dinilai layak untuk menjadi pembaca Tarot profesional, Astried bergabung dengan management LightGivers. Dia pun memiliki manajer yang mengurus order dari klien.

Menjadi pembaca Tarot Profesional bukan lah cita-cita Astried. Namun, setelah menekuni kartu Tarot, Astried yang sempat menempuh jurusan Komunikasi di UPN Veteran Jawa Timur itu terus-menerus mendapat klien. Apalagi setelah menjadi ibu dari dua anak, ia bisa mengatur waktu lebih fleksibel.
"Karena sering ditawari event sama manager saya," kata Astried, yang membuat dia akhirnya memutuskan untuk menjadikan pembaca Tarot sebagai profesinya. 

Meski merasa '"tidak terlalu menjanjikan", dalam sebulan Astried mengaku menerima uang Rp3 juta hingga Rp7 juta dari hasil pekerjaannya menjadi pembacara Tarot, dengan tarif Rp350 ribu per jam untuk konsultasi tatap muka dan Rp150 ribu per jam untuk konsultasi lewat pesan instan.

"Enaknya kalau by chat dari rumah, enggak perlu dandan dan keluar rumah," ujar Astried.

Untuk konsultasi lewat chat, perempuan berusia 36 tahun itu mendapat biodata klien dari manager. Setelah saling menyapa di chat, konsultasi pun dimulai.

"Terserah dia (klien) cerita dulu atau enggak, tapi biasanya curhat dulu. Sebelum mengajukan pertanyaan aku shuffle (kartu), aku suruh dia siap-siap sambil menyediakan pertanyaan," kata Astried.

"Kalau sudah siap mengajukan pertanyaan, terus aku tarik tiga atau lima kartu, aku bacakan," sambung dia.

Astried saat beraksi membacakan Tarot untuk klien-nya. (ANTARA News/ Arindra Meodia)
Seperti konsultasi psikologi

Tak sedikit orang yang melihat kartu Tarot sebagai hal klenik. Tak jarang pula orang menyebut pembaca Tarot adalah dukun. Bahkan, ada pula yang beropini bahwa membaca tarot merupakan tindakan yang mendahului Tuhan.

"Enggak sukanya kadang orang disambungkan dengan religi, dengan agama, padahal enggak ada hubungannya," ujar Astried.

"Aku menjelaskannya ini sama aja seperti konsultasi psikologi, aku pun minta tolong lewat kartu ini aku pun berdoa sama Tuhan, minta bantuan-Nya juga melalui kartu ini," sambung dia.

Menurut Astried, membaca Tarot juga membutuhkan energi. Ia kerap merasa lemas setelah selesai membaca Tarot. 
"Karena energi kita diserap. Makanya kalau sedang tidak siap atau aku sedang ada masalah, aku memilih untuk istirahat membaca Tarot," ujarnya.
(ANTARA News/Monalisa)
Astried kemudian dompet berukuran cukup besar yang selama wawancara ia letakkan di meja. Dengan hati-hati, ia mengeluarkan satu-persatu isi dalam dompet berwarna pink itu. 
"Ini beberapa kartu Tarot yang saya punya, ada juga kartu Oracle," jelas Astried sambil menunjukkan sejumlah kartu koleksinya itu.
Bagi Astried, kartu-kartu tersebut bukan sekedar kartu, tetapi ia sudah menganggap mereka sebagai "sahabatnya". Bahkan, Astried menganggap mereka benar-benar "hidup". 
Ia mengaku selalu ada chemistry dengan kartu yang ia gunakan untuk dibaca. "Ada satu kartu yang sampai saat ini belum pernah aku pakai, karena terlalu dark, dan aku ketakutan sendiri," kata Astried seraya menunjukkan kartu yang bertema kelam yang ia bawa serta dalam dompetnya.
Astried juga selalu membangun relasi yang baik dengan kartu-kartunya. Ia kerap mengajak ngobrol kartu-kartu tersebut. Ia juga tidak pernah membiarkan kartu-kartunya diletakkan sembarangan.
"Aku suka minta tolong sama mereka sebelum mulai membaca, minta tolong agar bisa bekerja sama dengan baik. Karena kadang bisa saja kartu itu enggak mau aku baca. Atau saat aku enggak siap. Kartu itu juga ikut bingung kalau yang dibaca bingung," papar Astried.
(ANTARA News/ Arindra Meodia)
Lantas, Astried membuka alas kain berwarna merah muda. Dia kemudian menyerahkan Tarot yang berisi 78 kartu kepada salah satu tim ANTARA News untuk dikocok.

"Sambil disiapkan pertanyaannya ya," kata Astried.

Dia kemudian meletakkan kartu di atas kain dan menebarnya berbentuk menyerupai kipas. Dia meminta untuk menyebutkan pertanyaan yang ingin diketahui, lalu meminta mengambil secara acak dua buah kartu.

Astried selanjutnya membuka kartu yang telah dipilih. Jika dua kartu tersebut dirasa sudah jelas maka Astried mulai membaca kartu tersebut, jika belum, Astried meminta untuk memilih kartu lagi.

Hal ini tergantung pada orang yang dibacakan kartunya. Jika orang tersebut tidak mengetahui pasti atau tidak benar-benar ingin menanyakan suatu hal maka jawaban dari kartu juga akan mengambang.

Layaknya konsultasi psikologi, orang secara tidak langsung akan dibuat bercerita tentang permasalahannya. Pasalnya kartu tidak hanya dapat memprediksi masa depan, tetapi juga dapat memperlihatkan masa lalu yang merupakan latar belakang dari sebuah pertanyaan.

Satu pertanyaan akan menimbulkan pertanyaan lain. Setiap pertanyaan yang diajukan, Astried meminta mengambil kartu lagi dengan jumlah sesuai dengan kemungkinan jawaban yang diinginkan.

Untuk tema pertanyaan yang berbeda -- setelah bertanya tentang karier, ingin bertanya tentang kehidupan percintaan, misalnya -- Astried meminta untuk mengocok kembali kartu Tarot.


Pembawaan Astried yang kalem, sedikit meringankan perasaan ketika kartu buruk muncul. Tidak menakut-nakuti, Astried justru berusaha menenangkan saat kartu bergambar devil muncul dengan membaca kartu lain yang lebih positif terlebih dahulu.

Dia kemudian membaca kartu buruk tersebut sambil mengatakan sisi positif. Saat hendak membuka kartu lain untuk pertanyaan lanjutan, dia mengatakan, "Itu sebenarnya kartu terburuk."

(Kartu Oracle, biasanya dibacakan setelah pembacaan kartu Tarot. Oracle terdiri dari dua macam, Oracle biasa yang berisi motivasi, penyemangat dan saran, dan Oracle Shadows and Light yang menggambarkan perasaan. (ANTARA News/ Arindra Meodia))

Setelah membacakan Tarot, Astried membuka kartu Oracle atau kartu advice. Kartu ini berukuran lebih besar dari Tarot, namun dengan jumlah yang lebih sedikit yaitu 44 kartu.

Pertanyaan spesifik dapat kembali diajukan sebelum mengocok kartu atau dapat bertanya secara umum, kemudian mengambil tiga buah kartu.

Oracle bagai permen manis setelah menelan pil pahit dari apa yang Tarot perlihatkan. "Isi kartunya (Oracle) semuanya positif dan selalu positif, jadi bisa memberi semangat," ujar Astried.

Tidak seperti Tarot yang hanya berupa gambar, Oracle juga disertai dengan tulisan penyemangat atau saran, misalnya "Everything is okay," "Talk about your feelings," "Happy Thoughts, think about memory that makes you smile."

Astried mengaku kedua anaknya suka meminta Astried untuk membacakan kartu Oracle.

"Anak ku abis pindah sekolah, Oracle yang aku bacakan jadi penyemangat buat dia, "kamu akan bertemu orang baru, harus percaya diri," seperti itu," kata Astried.

Dua tahun menjadi pembaca Tarot profesional, Astried mengaku menjadi lebih tenang dan bijak.

"Dari masalah orang bisa belajar buat mengatasi masalah sendiri, jadi lebih sabar," ujar dia.

Apalagi, sambung Astried, kliennya datang dari berbagai profesi, mulai dari anak sekolahan, karyawan, ibu rumah tangga, sampai pejabat dari parlemen dan kepolisian.

"Kebanyakan mereka (pejabat) nanya karier kedepannya, mereka bisa naik jabatan atau enggak. Biasanya kalau Bapak-bapak masalah karir, anak sekolah love life, anak kuliahan karir dan love life, ibu-ibu tentang rumah tangganya atau sekolah anak-anaknya," kata dia.

"Dari banyak kasus, yang paling banyak adalah kasus perselingkuhan," tambah dia sambil tertawa.

Editor: Monalisa

COPYRIGHT © ANTARA2017

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Kisah menjadi pembaca Tarot profesional : http://ift.tt/2wjhc9c

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kisah menjadi pembaca Tarot profesional"

Post a Comment

Powered by Blogger.